Narashit "Gula"
Jadi gini, hidupku itu ibarat seduhan kopi hitam di senja hari. Kamu ngga perlu beli gula lagi untuk kopiku. Capek kan ke warungnya. Lagi pula jauh dari rumahmu. Apalagi cuaca sedang hujan begini. Warung juga tutup dan justru kamu akan dicuekin gara-gara ngga ada orang disana. Sudah larut malam juga. Kasihan sama ayahmu yang sabar menunggu kamu kembali. Sudahlah jangan sibuk mencari yang ngga ada. Biar saja kopiku seperti ini. Tanpa gula dan sama-sama kita nikmati.
Gelas kopiku ngga perlu ditutup ya. Biar saja terbuka. Uapnya biarkan bebas kemana saja. Perihal lalat yang menghampiri kopiku, kamu tidak perlu khawatir. Mereka tidak akan tenggelam dalam kopiku kok. Lagi pula mereka juga tau kopiku adalah buatanmu. Kamu juga jangan khawatir ya kalau nanti kopiku dingin. Kan lagi dibuka tutupnya hehe. Dingin juga nanti bakal abis kok. Malahan lebih cepet habisinya.
Udah ya, aku mau pulang. Hujan-hujan gini bikin perutku laper. Ayah kamu belum tidur kan. Aku mau pamit pulang dulu. Tapi kamu jangan iseng ya, nawarin aku makan di sini. Demi apapun itu sangat menyiksa batinku.
Udah ya, aku mau pulang. Hujan-hujan gini bikin perutku laper. Ayah kamu belum tidur kan. Aku mau pamit pulang dulu. Tapi kamu jangan iseng ya, nawarin aku makan di sini. Demi apapun itu sangat menyiksa batinku.

Komentar
Posting Komentar