Narashit "Kopiku"
Jadi gini, hidupku itu ibarat seduhan kopi hitam di senja hari. Kamu yang takar kopinya, kamu yang atur gulanya, dan kamu yang tuangkan air hangat setengah panas. Intinya kamu yang seduh deh. Manis ya?. Iya lah, kan kamu kasih gulanya banyakan. Weh serasa nge-fly. Untung ngga diabetes hehe. Tapi itu kadang-kadang, tiba-tiba, dan hanya di situasi tertentu saja. Ya kan kamu ngga cuma seduh kopi saja. Lebih sering kamu seduh teh, seduh jamu, seduh nutrisari, seduh mie, seduh sayur sop. Seduh segala yang bermanfaat bagi manusia lain. Dan untuku, dirimu seduhkan yang berfilosofis dosis tinggi. Rasanya aku seperti prioritasmu lah hehe.
Eh kalo nuang airnya jangan kebanyakan dong, tumpah kan. Ibu jadi tau deh kalo aku diseduhin kopi olehmu. Nah, segaris di gelas itu saja. Lagi pula aku ngga butuh banyak air untuk menikmati senja bersamamu. Entah berapa banyak bubuk kopi yang kamu taruh di gelas itu. Sehingga kamupun lama untuk mengaduknya. Kamu ngga pernah bilang itu kebanyakan. Kamu cuma bilang semua yang kamu buat adalah untukku. Perihal sisa banyak, kamu serahkan semuanya padaku. Terserah katamu. Dan saranmu, bagikan saja dengan semut kecil itu. Terang saja semutpun punya perasa. Tau mana yang manis dan ngga. Sedangkan kopiku teramat pekat menghitam dan mereka enggan untuk sekedar mencicipinya saja.
Ya udah, aku abisin dulu kopinya ya. Tinggal sedikit lagi nih hehe. Aku abisin semuanya begitu juga dengan ampas kopinya. Sekalian aku mau pamit pulang ke rumah sebentar. Nanti malam aku kembali lagi. Sekalian nanti aku bawakan kopi yang tak pernah menghitam dan akan selalu legit saat melewati lidah. Ya aku kembali. Jika cuaca tidak hujan seperti halnya yang kamu inginkan.
Eh kalo nuang airnya jangan kebanyakan dong, tumpah kan. Ibu jadi tau deh kalo aku diseduhin kopi olehmu. Nah, segaris di gelas itu saja. Lagi pula aku ngga butuh banyak air untuk menikmati senja bersamamu. Entah berapa banyak bubuk kopi yang kamu taruh di gelas itu. Sehingga kamupun lama untuk mengaduknya. Kamu ngga pernah bilang itu kebanyakan. Kamu cuma bilang semua yang kamu buat adalah untukku. Perihal sisa banyak, kamu serahkan semuanya padaku. Terserah katamu. Dan saranmu, bagikan saja dengan semut kecil itu. Terang saja semutpun punya perasa. Tau mana yang manis dan ngga. Sedangkan kopiku teramat pekat menghitam dan mereka enggan untuk sekedar mencicipinya saja.
Ya udah, aku abisin dulu kopinya ya. Tinggal sedikit lagi nih hehe. Aku abisin semuanya begitu juga dengan ampas kopinya. Sekalian aku mau pamit pulang ke rumah sebentar. Nanti malam aku kembali lagi. Sekalian nanti aku bawakan kopi yang tak pernah menghitam dan akan selalu legit saat melewati lidah. Ya aku kembali. Jika cuaca tidak hujan seperti halnya yang kamu inginkan.

Komentar
Posting Komentar